MEMBUAT JUDUL, TUJUAN PENELITIAN, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN KONSEP PENELITIAN, SERTA HIPOTESA PENELITIAN

Senin, 28 September 2009

MEMBUAT JUDUL, TUJUAN PENELITIAN, TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN KONSEP PENELITIAN, SERTA HIPOTESA PENELITIAN

Ragil Setiyabudi, S.KM

A. Membuat judul penelitian

Judul merupakan bagian yang pertama dan paling banyak dibaca.

Judul penelitian yang baik hendaklah singkat dan spesifik, tetapi cukup jelas memberi gambaran mengenai penelitian yang diusulkan. Sehingga setiap kata yang dipergunakan dalam judul harus dipilih dan dipertimbangkan dengan cermat.

Untuk dapat memenuhi kriteria tersebut seringkali kita mendapat kesulitan, sebab faktor subyektif sangat berperan; suatu judul yang baik bagi seseorang dianggap sudah cukup mewakili isi, tapi bagi orang lain mungkin belum mewakili isi, sedangkan bagi yans lainnya lagi mungkin dianggap terlalu panjang. Sebuah contoh tentang penjual ikan yang diceritakan seorang penulis buku. Konon Badu membuat kios baru di pasar ikan, dan ditulisnya papan :

DI SINI JUAL IKAN SEGAR

Teman ke-1 berkomentar : ”Untuk apa menulis kata di sini, kan sudah jelas kau jualan di sini, bukannya supermarket sana.”

Akhirnya dirubah menjadi :

JUAL IKAN SEGAR

Teman ke-2 berkomentar : ”Kata segar tidak perlu ditulis, karena toh tidak ada orang yang akan membeli ikan busuk.”

Akhirnya dirubah menjadi :

JUAL IKAN

Teman ke-3 berkomentar : ” Kata dijual tidak perlu ditulis, karena kau membuka kios tentu untuk berjualan ikan, bukan mau membagi ikan.”

Akhirnya kata ”Jual” pun dihilangkan dan menjadi :

IKAN

Teman ke-4 berkomentar : ”Kata Ikan sungguh tidak perlu, karena semua orang tahu bahwa yang dipajang adalah ikan, bukan burung atau es krim. Bila kata Ikan kemudian dihilangkan, apa lagi yang tersisa ?

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat judul :

1. Jangan terlalu pendek atau bersifat umum, ia harus bersifat khas atau spesifik apa yang akan dilaporkan.

2. Judul terlalu panjang atau terlalu rinci.

Berbagai ungkapan yang membuat judul menjadi panjang namun tidak menambah informasi sebaiknya dihilangkan saja. Misalnya : Studi tentang ..., Observasi tentang ..., Investigasi tentang ...

3. Penyertaan nama tempat dan waktu penelitian

Sebagian besar peneliti menyatakan tak perlu menyertakan nama tempat dan waktu penelitian, namun dalam keadaan tertentu perlu bahkan harus.

Penyertaan nama tempat dan waktu perlu dilakukan bila keadaan yang dilaporkan memang hanya berlaku untuk tempat penelitian tertentu (misal rumah sakit) pada kurun waktu tertentu : Misal :

Perubahan pola pemberian makanan bayi di daerah kumuh perkotaan selama masa krisis (1997-1999)

Namun bila deskripsi pelbagai karakteristik pada rumah sakit tersebut mungkin dapat diterapkan pada populasi tertentu yang karakteristiknya sama dengan karakteristik pasien yang dilaporkan , penyebutan nama rumah sakit, apalagi tanggal, tidak perlu dilakukan.

4. Judul adalah label, bukan kalimat lengkap

Pada hakikatnya judul adalah label, bukan kalimat lengkap yang harus mengandung subyek, predikat, obyek pelaku, obyek penderita dan lain sebagainya. Namun bukan berarti urutan kata diabaikan, bahkan harus sangat diperhatikan, oleh karena label (kalimat tak lengkap) dengan urutan kata yang tidak dipertimbangkan dengan hati-hati dapat menimbulkan makna ganda.

Penulisan dalam bahasa Inggris menyebabkan masalah ini menjadi sangat penting. Seseorang penulis memberi contoh tentang penggunaan kata ”using” dalam judul penelitian yang sering dilakukan dengan kurang tepat :

Lumbar anesthesia in dogs using halothane

Study of bacteria using electron microscope

Kata using di sini dapat diartikan merujuk pada subyek dogs atau bacteria, sehingga artinya menjadi :

Anestesia lumbal pada anjing yang menggunakan halotan

Penelitian terhadap bakteria yang menggunakan mikroskop

Sejak kapan anjing menggunakan halotan dan bakteri pintar memeriksa dengan mikroskop ? Jelaslah bahwa makna kalimat berubah dengan kesalahan pemilihan atau penempatan kata.

5. Penggunaan singkatan dalam judul

Oleh karena judul harus dapat berdiri sendiri, maka dalam judul tidak diperkenankan menggunakan singkatan, kecuali singkatan yang sudah lazim, seperti satuan pengukuran (kg, cm, ml). Dengan perjalanan waktu niscaya daftar singkatan yang tidak memerlukan keterangan akan bertambah. Sebagai contoh ”AIDS” mungkin sudah dapat dituliskan tanpa keterangan.

6. Judul harus menjaga keseimbangan antara upaya menarik perhatian dengan kelugasan.

Seperti judul karangan apa pun, judul makalah ilmiah harus dibuat agar menarik perhatian orang untuk dibaca. Namun harus pula diingat bahwa yang dilaporkan adalah penelitian ilmiah, sehingga judul juga harus lugas. Oleh karena itu upaya untuk menarik pembaca perlu diimbangi dengan kelugasan judul. Perhatikan judul yang mirip iklan berikut, yang tentunya tidak layak menjadi judul artikel ilmiah :

Drugs ABC gave excellent results in lymphoma malignum !

Intractable diarrhea ? Use Formula XYZ !

B. Merumuskan tujuan penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah data/ informasi apa yg akan dihasilkan melalui penelitian.

Tujuan umum

Merupakan pernyataan spesifik yang menggambarkan luaran yang akan dihasilkan dari penelitian, bersifat global, jangka panjang dan abstrak. Uraikan tujuan penelitian secara jelas baik untuk menjajagi, menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep, atau dugaan, atau membuat suatu prototipe.

Tujuan khusus

1. Merupakan pernyataan dalam bentuk kongkrit dan dapat diukur. Merupakan janji peneliti dalam melaksanakan suatu kegiatan spesifik yang bersifat tindakan sesuai dengan permasalahannya :

    • menilai
    • mengukur
    • mengidentifikasi
    • menentukan
    • membandingkan
    • mendeskripsikan
    • diketahuinya

2. Berupa uraian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan umum penelitian

3. Tujuan khusus menunjukkan variabel yang akan diteliti

C. Membuat tinjauan pustaka

Usahakan pustaka yang digunakan adalah yang terbaru, relevan, dan asli dari jurnal ilmiah. Uraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan. Tinjuan Pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Uraian dalam Tinjauan Pustaka menjadi landasan untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Tinjauan Pustaka mengacu pada Daftar Pustaka.

D. Membuat kerangka teori dan konsep penelitian

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah teori-teori tentang variabel-variabel permasalahan yang akan diteliti. Kerangka teori bertujuan untuk memberikan gambaran atau batasan-batasan teori-teori yang akan dipakai sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan.

Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa/kejadian, dan asas-asas, hukum-hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu pengetahuan serta pendapat cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu (Poerwadarminta, 1976).

Teori pada dasarnya berisi penggambaran hubungan sebab akibat di antara variabel-variabel. Suatu teori di dalam dirinya terkandung keunggulan untuk bisa menjelaskan suatu gejala. Bukan itu saja. Suatu teori juga berkekuatan untuk memprediksi sesuatu gejala (Best,1982).

Contoh :

a. Teori Determinan (faktor-faktor yang memengaruhi) perilaku dari Lawrence Green (1980)

Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1) Faktor Pemudah (predisposing factors), faktor ini mencakup pengetahuan , kepercayaan, sikap, keyakinan, nilai, tradisi, tingkat sosial, tingkat ekonomi, budaya dan sebagainya.

2) Faktor Pemungkin (enabling factors)/pendukung, faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban dan sebagainya. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.

3) Faktor Penguat/pendorong (reinforcing factors), faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga, teman sebaya serta sikap dan perilaku para petugas kesehatan untuk berperilaku sehat, kadang-kadang bukan hanya pengetahuan saja yang positif dan dukungan fasilitas saja melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas (lebih-lebih petugas kesehatan), keluarga, teman sebaya dan guru.

b. Teori Hendrik L Blum (1974) menyatakan bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:

1) Faktor genetik atau keturunan

Merupakan faktor yang sulit untuk diintervensi karena bersifat bawaan dari orang tua. Penyakit atau kelainan-kelainan tertentu seperti diabetes militus, buta warna, albino, atau yang lainnya, bisa diturunkan dari orang tua ke anak-anaknya atau dari generasi ke generasi.

2) Faktor pelayanan kesehatan

Lebih terkait dengan kinerja pemerintah yang sedang berkuasa. Kesungguhan dan keseriusan pemerintah dalam mengelola pelayanan kesehatan menjadi penentu suksesnya faktor ini. Kader desa, puskesmas dan posyandu menjadi ujung tombak dalam peningkatan status kesehatan masyarakat.

3) Faktor lingkungan

Faktor ini menempati urutan ke-3 dalam indikator kunci status kesehatan masyarakat. Ketinggian, kelembaban, curah hujan, kondisi sawah maupun tumbuhan memainkan peranan disini. Tetapi bagaimanapun juga, kondisi lingkungan dapat dimodifikasi dan dapat diperkirakan dampak atau akses buruknya sehingga dapat dicarikan solusi ataupun kondisi yang paling optimal bagi kesehatan manusia.

4) Faktor Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas pada manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 1997).

2. Kerangka konsep/kerangka pikir

· Dinyatakan dalam skema/diagram

· Uraian hubungan antar variabel yang terkait dengan masalah yang akan diteliti

· Sesuai dengan rumusan masalah dan tinjauan kepustakaan

· Penjelasan bentuk narasi mencakup identifikasi variabel, jenis dan hubungan antar variabel

· Berdasarkan rangkuman tinjauan pustaka (deduksi/penyederhanaan kerangka teori menuju/memandu latar belakang masalah, pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian)

· Dibuat dlm btk diagram

· Menunjukkan jenis & hub antar var*(dep & indep)

· Batas dibuat jelas (layak opr, waktu/dana)

· Beda dgn alur penelitian

E. Membuat hipotesa penelitian

Hipotesa berasal dari dua kata, yaitu hypo artinya “di bawah” dan “thesa” artinya “kebenaran” atau “pendapat”.

Dalam suatu penelitian, hipotesa merupakan ’jawaban sementara’ atau kesimpulan yang diambil untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian

Fungsi hipotesis

Mengarahkan penelitian

Menunjukkan variabel bebas dan variabel terikat

Memberi petunjuk tipe data yang harus dikumpulkan dan tipe analisis yang harus dilakukan untuk mengukur hubungan yang ada

Contoh :

o Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktek masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti

o Ada hubungan antara sikap dengan praktek masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti

o Ada hubungan antara pendidikan dengan praktek masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti

o Ada hubungan antara sosial ekonomi dengan praktek masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Aedes aegypti

DAFTAR PUSTAKA

LPPM UMP.2005.Panduan Kegiatan Penelitian Pengabdian pada Masyarakat. Purwokerto : LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Sastroasmoro. Panduan penulisan makalah ilmiah kedokteran. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Poerwadarminta.1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka.

Mardalis.2006.Metode Penelitian;suatu pendekatan proposal.Jakarta:Bumi Aksara.

Best.1982.Metodologi Penelitian Pendidikan.terjemahan Faisal.Surabaya.Usaha Nasional.

Blum.1974. Planning Health Development and Applicaffon of social change theory.Human Sciences Press. New York.

Green.1980. Health Education;A diagnosis Approach. The John Hopkins University.Mayfield Publishing co.

LANGKAH - LANGKAH & SISTEMATIKA PENELITIAN

Selasa, 15 September 2009

LANGKAH - LANGKAH & SISTEMATIKA PENELITIAN
Ragil Setiyabudi


LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Menentukan masalah dan tujuan penelitian
Melakukan telaah literatur (tinjauan pustaka)
Membuat kerangka penelitian (kerangka teori dan kerangka konsep)
Menetapkan hipotesis penelitian
Mengolah dan menganalisa data penelitian
Membuat kesimpulan penelitian

SISTEMATIKA PENELITIAN
Sistematika Proposal Penelitian
Sistematika laporan penelitian

Sistematika Proposal Penelitian

Bab 1. Pendahuluan
A.Latar belakang masalah
B.Perumusan Masalah
C.Tujuan Penelitian
D.Manfaat Penelitian

Bab 2. Tinjauan Pustaka
A.A.……….. (tergantung dari tema penelitian)
B.B………..
C.C………..
D. ………
E. Kerangka Teori
F. Kerangka konsep

Bab 3. Metode Penelitian
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
C. Waktu dan Tempat Penelitian
D. Identifikasi Variabel
E. Definisi Operasional Penelitian
G. Pengumpulan Data
H. Prosedur Penelitian
I. Pengolahan Data
J. Analisis Data
K.Instrumen Penelitian
L. Etika Penelitian

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Yang disebut sebagai Proposal Penelitian adalah dari
BAB I – BAB III
Yang disebut sebagai laporan penelitian adalah dari
BAB I – BAB V

Penjelasan :

Bab 1. Pendahuluan
A.Latar belakang ,
Di dalamnya memaparkan :
Penelitian dilakukan untuk menjawab keingintahuan peneliti untuk mengungkapkan suatu gejala/konsep/dugaan atau menerapkannya untuk suatu tujuan.
Kemukakan hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakukan penelitian.
Uraikan proses dalam mengidentifikasikan masalah penelitian.

B. Perumusan Masalah
Rumuskan dengan jelas permasalahan yang ingin diteliti.
Uraikan pendekatan dan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti,hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan.
Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
Uraian perumusan masalah tidak harus dalam bentuk kalimat tanya.

C.Tujuan Penelitian
Berikan pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian.
Penelitian dapat bertujuan menjajaki, menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau membuat suatu prototipe.

C.Tujuan Penelitian
Berikan pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian.
Penelitian dapat bertujuan menjajaki, menguraikan, menerangkan, membuktikan atau menerapkan suatu gejala, konsep atau dugaan, atau membuat suatu prototipe.

D. Manfaat penelitian
Tergantung dari penelitiannya, misalnya :
1. Bagi instansi kesehatan
Sebagai masukan program pencegahan penyakit ISPA dan sebagai pertimbangan bagi perumusan kebijaksanaan pengembangan program terutama terhadap faktor lingkungan.
2. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang penelitiaan yang berhubungan dengan penyakit ISPA.
3. Bagi masyarakat atau responden
Dapat meanambah pengetahuan tentang lingkungan yang sehat sehingga dapat mencegah secara mandiri agar tidak terjangkit penyakit.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu keperawatan dan menambah khasanah pengetahuan tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit ISPA.

Bab 2. Tinjauan Pustaka
Usahakan pustaka terbaru, relevan, dan asli dari jurnal ilmiah.
Uraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan.
Tinjauan Pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan, yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan.
Uraian dalam Tinjauan Pustaka menjadi landasan untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.
Tinjauan Pustaka mengacu pada Daftar Pustaka.
Bab 3. Metode Penelitian
Uraikan metode yang digunakan dalam penelitian secara rinci.
Uraian dapat meliputi peubah/variabel dalam penelitian, model yang digunakan, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data, cara penafsiran dan penyimpulan hasil penelitian.
Untuk penelitian yang menggunakan metode kualitatif, dapat dijelaskan pendekatan yang digunakan, proses pengumpulan dan analisis informasi, proses penafsiran, dan penyimpulan hasil penelitian.

Bab 4. Hasil dan Pembahasan
A.A. Hasil
Hanya menampilkan hasil saja, jangan dikomentari.
B.B. Pembahasan
Tiap hasil dibahas satu per satu :
Univariat, Bivariat atau Multivariat
Diberi komentari/ada discussion.Discussion bisa :
1. Mengkaitkan teori (teks book,jurnal)dengan hasil penelitian
2. Mengkaitkan hasil penelitian dengan penelitian orang lain.
3. Mengkaitkan hasil dengan karakteristik responden (subyek penelitian)

Bab 5. Kesimpulan dan Saran
A.A. Kesimpulan
Buat kesimpulan sesuai dengan tujuan khusus.
B. Saran
Saran bisa berisi :
Saran-saran (secara praktis) kepada pihak-pihak terkait.
Saran kepada pembaca agar meneliti hal-hal lain, yang mungkin belum kita teliti.

REFERENSI
Burns, N., & Grove, S. K. (1993). The practice of nursing research: Conduct, critique, and utilization (2nd ed.). Philadelphia/Tokyo: W. B. Saunders Company.
Dirjen Dikti. (2006). Panduan pengelolaan hibah: Penelitian pengabdian kepada masyarakat, dan kreativitas mahasiswa (Edisi VII Buku II). Jakarta: Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Polit, D. F., & Hungler, B. P. (1997). Essentials of nursing research: Methode, appraisals, and utilization (4th ed.). Philadelphia/New York: Lippincott.
Komisi Skripsi Prodi Keperawatan S1, 2008.Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

Jumat, 28 Agustus 2009

DEFINISI OPERASIONAL PENELITIAN

Ragil Setiyabudi

Definisi operasional harus dirumuskan sebelum kita mengukur variabel-variabel yang masuk dalam penelitian, dan definisi ini, sangat tergantung dari kejenis penelitian/keadaaan penelitian.
Berikut ini adalah contoh-contoh definisi operasional penelitian :
Umur : Lamanya masa hidup responden yang dihitung sejak lahir sampai hari ulang tahun terakhir
Pendidikan : Tingkat keberhasilan mengikuti pendidikan formal tertinggi yang diperoleh responden dibuktikan dengan kepemilikan ijazah.
Jenis kelamin : Perbendaan dua sifat gender responden
Pengetahuan : Tingkat pemahaman responden terhadap......., diukur dengan pertanyaan yang terkait dengan ........
Sikap : Suatu tanggapan responden terhadap pelaksanaan ................, yang dinyatakan dengan ungkapan/pernyataan.
Praktik : Tindakan berupa perbuatan/kegiatan responden yang berhubungan dengan pelaksanaan .........



PERILAKU KESEHATAN

Kamis, 27 Agustus 2009

PERILAKU KESEHATAN

Ragil Setiyabudi

A. Pengertian Perilaku

Sebelum kita bicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal ( internal activity ) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang ( stimulus ) dan tanggapan ( respon ) dan respons. Ia membedakan adanya dua respons yakni :

a. Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan tertentu . Perangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli, karena menimbulkan respons – respons yang relatif tetap, misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan menyebabkan mata tertutup, dan sebaginya.

b. Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena rangsangan – rangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme.

c. Didalam kehidupan sehari-hari respons jenis pertama ( responden respons atau respondent behavior ) sangat terbatas keberadaannya pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara stimulus dan respons kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah sangat kecil. Sebaliknya operant respons atau instrumental behavior merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, dan kemungkinan untuk memodifikasi sangat besar, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Fokus teori Skinner ini adalah pada respons atau jenis perilaku yang kedua ini.

Perilaku manusia adalah operant respons. Untuk itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut skinner adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentivikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Dengan menggunakan secara urut komponen itu sebagai tujuan 2 sementra, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing 2 komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku ( tindakan ) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk , kemudian dilakukan komponen ( perilaku ) yang kedua yang diberi hadiah ( komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi ) demikian berulang-ulang sampai komponene kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan.

B. Bentuk Perilaku

1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi, dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung ( Covert behavior ).

2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diopservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berecana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut “ overt behavior "

C. Perilaku Kesehatan.

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif ( pengetahuan, persepsi, dan sikap ) maupun bersifat aktif ( tindakan yang nyata atau practice ). Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit dan Penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup :

1. Perilaku seorang terhadap sakit dan Penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif ( mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif ( tindakan yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :

a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, ( health promotion behavior ) misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga, dan sebagainya.

b. Perilaku pencegahan penyakit ( health prevention behavior ) adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya : tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, imunisasai, dan sebagainya . Termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.

c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan ( health seeking behavior ) yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas – fasikitas kesehatan modern ( puskesmas, mantri, dokter praktek, dan sebagainya ), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional ( dukun, sinshe, dan sebagainya )

d. Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan ( health rehabilitation behavior ) yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatan.

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan.

3. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior ) yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya ( zat gizi ), pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan kebutuhan tubuh kita.

4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( enviromental health behavior ) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri. Perilaku ini antara lain mencakup. :

a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan.

b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya.

c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik.

d. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

e. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk ( vektor ), dan sebagainya.

Menurut Ensiklopedi Amerika Perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yang disebut rangsangan . Dengan demikian, maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.

Robert Kwik ( 1974 ) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.

Didalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain. : susunan syarat pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan, dan sebagainya.

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap obyek yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yakni faktor intern dan ektern.

Faktor intern mencakup, pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi maupun ,motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti : iklim, manusia, sosial –ekonomi, kebudayaan , dan sebagainya.

Beeker ( 1979 ) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan ( health related behavior ) sebagai berikut :

a. Perilaku kesehatan ( health behavior ) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya.

b. Perilaku sakit ( Illness behavior ) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang individu yang merasa sakit., untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengindentivikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.

c. Perilaku peran sakit ( the sick role behavior ) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatan

Perilaku manusia itu sangat komplek dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Blum ( 1908 ) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain ( ranah/kawasan ) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Dalam perkembngan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk kepentingan pengukuran hasil pendidikan, kegiatan domain ini diukur dari :

a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan ( knowledge )

b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan ( attitude )

c. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan meteri pendidikan yang diberikan ( practice )

1) Pengetahuan ( knowledge )

Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetauan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior ).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan. Akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers ( 1974 ) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru ( berperilaku baru ) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

a. Awareness ( kesadaran ) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus ( obyek )

b. Interst ( merasa tertarik ) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Evaluation ( menimbang-nimbang ) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respondent sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut diatas. Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yakni :

2) Tahu ( know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain. Menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

3) Memahami ( Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh , menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

4) Aplikasi ( aplication )

Aplicasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil ( sebenarnya) Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah ( problem solving cycle ) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

5) Analisis ( Analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain . Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, dapat menggambarkan ( membuat bagan ) membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

6) Sintesis ( Synthesis )

Sintesisi menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun , dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

7) Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penelaian-penilaian itu berdasarkan suatu kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kreteria-kreteria yang lebih telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi – gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden, Kedalaman pengetauan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

8) Sikap (Attitude )

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :

An enduring system of pasife or negative evaluations, emotional feelings, and pro or conection tendencies will respect to social object “ ( Krech et al, 1982 ).

“ An individual’s social attitude is an sindrome of respons consistency with regard to social objects “ ( Campbell, 1950 )

“ A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting derective or dynamic influence up on the individual’s respons to all objects and situations with which it is related “ ( Allport, 1954 ).

“ Attitude entalis an existing predisposition to respons to social objects which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the obert behavior of the individual “ ( Cardno, 1955 )

Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuian reaksi terhadap stumulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan suatu tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka. Dalam bagian lain Allport ( 1954 ) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

a) Kepercayaan ( keyakinan ), ide dan konsep terhadap suatu obyek.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek.

c) Kecenderungan untuk bertindak ( trend to behave )

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude ). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio ( penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya ) Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap obyek yang berupa penyakit polio ini. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

1. Menerima ( Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang ( subyek ) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan ( obyek ). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap ceramah-ceramah.

2. Merespons ( Responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menilai ( Valuing )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain ( tetangganya, saudaranya, dan sebagainya ) Untuk pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab ( responsible )

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya

seorang ibu mau menjadi akseptor KB. Meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah sakit Cipto ? Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan hipotetis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya : Apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan Posyandu ? atau, saya akan menikah apabila saya sudah umur 25 tahun ( sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju )

 
 
 
 
Copyright © RAGIL'S SITE