FAKTOR YANG MEMENGARUHI/DETERMINAN PENYAKIT DIARE/KOLERA

Selasa, 05 Mei 2009

FAKTOR YANG MEMENGARUHI/DETERMINAN PENYAKIT DIARE/KOLERA
Ragil Setiyabudi


1. kebisaaan minum air mentah,
2. tidak biasa mencuci tangan sebelum makan,
3. jarang mandi dan berganti pakaian,
4. biasa buang air besar di kebun,
5. Budaya/adat istiadat/kebiasaan, misalnya di Papua ada kebiasaan mencium penderita yang meninggal.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI/DETERMINAN PENYAKIT Diabetes Mellitus/KENCING MANIS

FAKTOR YANG MEMENGARUHI/DETERMINAN PENYAKIT Diabetes Mellitus/KENCING MANIS
Ragil Setiyabudi

Faktor risikonya adalah :
1. obesitas (kegemukan),
2. kurang aktivitas fisik,
3. kurang konsumsi serat,
4. tinggi lemak,
5. merokok,
6. hiperkolesterol,
7. hiperglikemia.
8. Genetik.Anggota keluarga Diabetes memiliki kemungkinan besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes.
9. Virus seperti rubela, mumps dan human coxsackievirus B4

Gambaran kejadian DM
Pada tahun 2003, Organisasi Dunia (WHO) memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia usia 20 - 79 tahun menderita DM dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Pada tahun yang sama International Diabetes Foundation (IDF) memperkirakan prevalensi DM dunia adalah 1,9% dan menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke-7 dunia.Indonesia juga mengalami kenaikan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Tingginya angka kesakitan tersebut menjadikan Indonesia menduduki rangking ke-4 dunia setelah Amerika Serikat, India, dan China (Diabetes Care 2004).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT pada tahun 2004) memberi gambaran terjadinya peningkatan prevalensi DM dari tahun 2001 sebesar 7,5% menjadi 10,4% . Sementara itu hasil survei BPS tahun 2003 menyatakan bahwa prevalensi DM mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2% di pedesaan.

FAKTOR YANG MEMENGARUHI/DETERMINAN PENYAKIT HIV/AIDS

Faktor Kejadian HIV /AIDS

Ragil Setiyabudi

HIV/AIDS ditularkan melalui 3 cara yaitu,

1.lewat cairan darah (transfusi darah, pemakaian jarum suntik yang tercemar HIV),

2. lewat cairan sperma dan cairan vagina (hubungan seks),

3. lewat air susu ibu (ibu hamil yang HIV positif dan menyusui bayinya).

Saat ini (SAMPAI dES 2008) HIV/AIDS telah menyebar di 32 Propinsi. Sejak ditemukan tahun 1978, jumlah penderita AIDS secara kumulatif sampai September 2008 mencapai 15.136 kasus dan penderita yang terinfeksi HIV sebanyak 6015 kasus. Sedangkan selama periode Juli – September 2008, terdapat 2450 kasus AIDS dari 32 propinsi di Indonesia.

Penularan tertinggi terjadi melalui heteroseksual (47%), melalui pengguna napza suntik/penasun (43%), dan homoseksual (4%). Usia penderita paling banyak ditemukan pada usia 20-29 tahun (51%), disusul penderita usia 30-39 tahun (29%), dan usia 40-49 tahun (8%). Jumlah penderita AIDS yang meninggal sekitar 3197 orang (21,12.%).

Demikian laporan triwulan ketiga tahun 2008 yang diterima Pusat Komunikasi Publik dari Sub Direktorat AIDS dan Penyakit Menular Seksual Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.

AIDS
Berdasarkan penelusuran, diketahui ratio kasus AIDS antara laki-kali dan perempuan adalah 3,08:1. Dari 15.136 kasus, dilaporkan sebanyak 11.367 orang adalah laki-laki dan 3.684 adalah perempuan, dan 85 kasus tidak diketahui jenis kelaminnya.

Kasus terbanyak ditemukan di Propinsi DKI Jakarta dengan jumlah penderita 2.727 orang, 440 diantaranya meninggal dunia. Disusul propinsi lainnya yaitu Jawa Barat (2.603 kasus, 503 meninggal), Jawa Timur (2.525 kasus, 575 meninggal), Papua (2.294 kasus, 353 meninggal), Bali (869 kasus, 145 meninggal), Kalimantan Barat (730 kasus, 110 meninggal), Sumatera Utara (670 kasus, 135 meninggal), Jawa Tengah (409 kasus, 171 meninggal), Riau (364 kasus, 116 meninggal), dan Kepulauan Riau (271 kasus, 114 meninggal).

Sampai dengan 31 Maret 2008 insiden rate AIDS secara nasional mencapai 6,66 per 100.000 penduduk (berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2005, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 227.132.350 jiwa). Dibandingkan dengan angka nasional, incidence rate jumlah penderita di Papua mencapai 18,7 kali lipat lebih banyak, disusul DKI Jakarta 4,5 kali, Bali 3,7kali, Kepulauan Riau 3,4 kali, dan Kalimantan Barat 2,7 kali angka nasional.

HIV
Kasus terbanyak terdapat di Propinsi Papua (1650), kemudian DKI Jakarta (1181), Bali (968), Sumatera Utara (820), Jawa Barat (376), dan Sumatera Selatan (179). Hasil estimasi populasi rawan tertular HIV pada tahun 2006 terbanyak ditemukan pada penasun (90.000 orang). Kelompok lain yang rawan tertular adalah pelanggan wanita pekerja seks/WPS (28.340 orang), masyarakat umum (27.470 orang), pasangan IDU (12.810 orang), lelaki suka lelaki/LSL (9.160 orang), wanita penjaja seks (8.910 orang), pasangan pelanggan WPS (5.200 orang), warga binaan pemasyarakatan/WBP (5.190 orang), waria (3.760 orang) dan pelanggan waria (2.230 orang). Estimasi populasi rawan terbanyak ditemukan di DKI Jakarta (26.810), selanjutnya Papua (22.220), Jawa Barat (20.980), Jawa Timur (19.920), dan Sumatera Utara (11.840).

FAKTOR YANG MEMENGARUHI/DETERMINAN PENYAKIT MALARIA

FAKTOR YANG MEMENGARUHI/DETERMINAN PENYAKIT MALARIA
Oleh : Ragil Setiyabudi

Variabel bebas
1. Status penggunaan kelambu berinsektisida saat tidur (Ya dan Tidak)
2. Status keberadaan di dalam rumah pada malam hari(Ya dan Tidak)
3. Status penggunaan obat anti nyamuk yang diolesi ke badan (Ya dan Tidak)
4. Status pemakaian obat nyamuk bakar atau menyemprot dengan obat nyamuk (Ya dan Tidak)
5. Status pemasangan kawat kasa pada jendela atau ventilasi rumah (Ya dan Tidak)
6. Status kegiatan melipat kain-kain yang bergantungan (Ya dan Tidak)
7. Status mengalirkan atau menimbun genangan air di sekitar rumah (Ya dan Tidak)
8. Status penyemprotan rumah-rumah dengan racun serangga atau insektisida (Ya dan Tidak)
9. Status penebaran ikan pemakan jentik (Ya dan Tidak).

Variabel terikat
Status kejadian malaria (Terkena dan Tidak terkena)

 
 
 
 
Copyright © RAGIL'S SITE